(Perbandingan Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Maraghi)".


A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup umat manusia yang Allah SWT berikan melalui Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur'an ditemukan tidak kurang dari 85 kali Allah menyebut lafadz "wanita", baik pengungkapan dengan lafadz niswat, nisa', imra'at, dan lain-lain. Bahkan dalam Al-Qur'an ada lima nama surat yang mengisyaratkan kepada wanita, seperti An-Nisa', At-Thalaq, Al-Mujadilah, dan Al-Mumtahanat. Ada juga surat yang menyebutkan namanya secara khusus, seperti Maryam. Dari sini dapat dijadikan bukti bahwa Al-Qur'an mengakui eksistensi wanita di alam ini.
Al-Qur'an juga merupakan kitab yang suci yang kebenarannya abadi, dan penafsirannya tidak bisa dihindari sebagai suatu yang relatif. Pada suatu masa, tingkat intelektualitas menjadi dominan, dan masa lainnya tingkat emosionalitas menjadi menonjol. Perkembangan historis berbagai madzab kalam, fiqih, dan tasawuf merupakan bukti positif tentang kerelatifan penghayatan keagamaan agama islam. Itu sebabnya persepsi tentang perempuan di kalangan umat Islam, khususnya dalam diri mufassir, juga berubah-ubah dari zaman ke zaman.
Wanita merupakan bagian dari masyarakat, sebagian dari mereka berfungsi sebagai ibu, anak, saudari, guru, mahasiswi, karyawati, dosen, muballighah, dan ada wanita yang benar-benar takut pada kekuasaan Allah dan pengawasan-Nya.
Salah satu prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara laki-laki maupun perempuan, baik antar bangsa, suku, dan keturunan. Perbedaan yang kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Hal ini sudah banyak tertera dalam Al-Qur'an, terutama secara spiritual termaktub dalam surat At-Taubah/9:112 dan surat At-Tahrim/66:5.
Sebelum adanya kehidupan maka pasti ada yang namanya awal mula dari kehidupan, termasuk manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa manusia diciptakan Allah dengan bertahap atau berproses. Kemudian Al-Qur'an juga menguraikan proses penciptaan manusia ini dalam dua tahap. Tahap pertama, tentang proses penciptaan manusia pertama. Dan tahap kedua, tentang proses penciptaan manusia keturunan dari manusia tersebut.
Eksistensi manusia dalam keyakinan Islam yaitu manusia diciptakan Secara khusus untuk menjadi khalifah di bumi, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah/2:30, proses penciptaan Adam yang berbeda dengan makhluk lainnya disebutkan di dalam surat Ali Imran/2:59 yang mana dengan tegas Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dengan cara kun fayakūn= jadilah dia, dan Adam diciptakan dari tanah, keturunannya dari nutfah.
Mengenai penciptaan manusia pertama sudah tidak perlu diperdebatkan kembali karena sudah sangat jelas tertera dalam Al-Qur'an, yang perlu dikaji ulang adalah mengenai proses penciptaan perempuan pertama karena dalam Al-Qur'an tidak dijelaskan Secara eksplisit, tetapi hanya diketahui melalui hadits-hadits, kisah-kisah isra'iliyyat, dan riwayat-riwayat yang bersumber dari kitab taurat, injil, dan cerita-cerita yang bersumber dari kitab talmud, kitab yang banyak memberikan penafsiran terhadap kitab taurat.
Dalam tradisi islam dikenal dan diyakini empat macam cara penciptaan manusia, yaitu:
1. Manusia diciptakan dari Tanah : Termaktub dalam Surat Al-Fathir/35:11, As-Shaffat/37:11, Al-Hijr/15:26
2. Manusia diciptakan dari Tulang Rusuk Nabi Adam : Termaktub dalam surat An-Nisa’/4:1, Al-A’raf /7:189, Az-Zumar/39:6
3. Manusia diciptakan melalui Ibu dengan proses kehamilan tanpa Ayah : termaktub dalam surat Maryam/19:19
4. Manusia diciptakan melalui kehamilan dengan adanya Ayah secara biologis dan Hukum : termaktub dalam surat Al-Mukminun/23:12-14
Dalam Al-Qur’an tidak dijumpai ayat-ayat secara rinci menceritakan asal-usul kejadian perempuan. Kata "Hawa" yang selama ini dipersepsikan sebagai perempuan yang menjadi isteri Adam, sama sekali tidak pernah ditemukan dalam Al-Qur’an, bahkan keberadaan Adam sebagai manusia pertama dan berjenis kelamin laki-laki pun masih dipermasalahkan, antara lain Riffat Hasan.
Perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai asal-usul kejadian perempuan, ini terdapat dua maksud yaitu dalam arti ciptaan awal (production) yang terkenal dengan nama Hawa dan asal-usul dalam arti ciptaan lanjutan (reproduction) yaitu semua perempuan setelah penciptaan Hawa.
Dalam penelitian ini, akan membahas masalah proses penciptaan perempuan pertama yakni Hawa. Dalam hal ini akan mendeskripsikan serta membandingkan dari dua mufassir yakni tafsir Al-Munir karya Wahbah Zuhaili dan tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Mereka berbeda pendapat dalam menafsiri ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang penciptaan perempuan pertama. Pada penciptaan perempuan pertama ini terdapat pada tiga ayat, yaitu surat An-Nisa'/4:1; Al-A'raf/7:189; dan Az-Zumar/39:6. Namun pada umumnya biasa mengambil rujukan dari surat An-Nisa'/4:1, yaitu:
 ••                 •       •    
Wahai manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu semua dari diri yang satu (nafs wahida) dan Dia telah menciptakan daripadanya istrinya dan mengembangkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang kamu sama lainnya saling meminta dengan nama-Nya dan peliharalah hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Dalam pandangan mayoritas ulama, yang dimaksud kalimat نَفْسٍ وَاحِدَة (diri yang satu) pada ayat tersebut adalah Adam as. yang merupakan bapak seluruh umat manusia. Sehingga mengatakan bahwa perempuan pertama (Hawa) adalah diciptakan dari Adam.
Menurut Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya Al-Munir, mengatakan hal yang sama yaitu bahwa perempuan pertama (Hawa) itu diciptakan dari Tulang rusuk Adam bagian kiri saat ia tidur.
Mufassir yang berpendapat senada dengan Wahbah, antara lain Ibnu Katsir, Al-Alusi, Al-Qurtubi, Al-Fakh Al-Razi, Imam Zamakhsyari, Abu Al-Su'ud, Al-Khazin, Al-Tabari, Ibn Muhammad. 'Abd Al-Hal Qur'an, Ahmad Al-Sawi Al-Maliki.
Adapun menurut Al-Maraghi yang dimaksud nafsin wāhidah adalah satu jiwa yang diciptakan dari tanah, kemudian zaujahā diartikan dari tanah tersebut Dia menciptakan pula pasangannya yang bernama Hawa. Maka jelas sekali Al-Maraghi berpendapat bahwa perempuan pertama (Hawa) itu tercipta bukan dari Adam.
Dari kedua penafsiran di atas maka jelas sekali ada perbedaan dalam penafsirannya. Maka hal itu perlu di deskripsikan ulang dan diperbandingkan serta di analisis dari kedua mufassir tersebut, dan juga dicari hikmah adanya firman Allah tentang penciptaan perempuan pertama dalam Al-Qur'an.


B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Untuk memberikan arah kajian yang lebih terfokus pada permasalahan, penelitian ini membahas seputar masalah asal penciptaan perempuan pertama.
Mengenai asal penciptaan perempuan pertama telah disebutkan di atas bahwa ada dua arti, yaitu dalam arti penciptaan awal (production) dan dalam arti penciptaan lanjutan (reproduction). Namun untuk membatasi masalah penelitian ini, penulis membatasi pada penafsiran Wahbah Zuhaili dan Al-Maraghi tentang proses penciptaan perempuan pertama dalam arti ciptaan awal yakni penciptaan Hawa, dalam tafsir Al-Munir dan tafsir Al-Maraghi berdasarkan surat An-Nisa'/4:1, Al-A'raf/7:189, Az-Zumar/39:6, dan ayat-ayat lainnya yang berkaitan.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama dalam tafsir Al-Munir?
2. Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama dalam tafsir Al-Maraghi?
3. Bagaimana perbandingan antara penafsiran Wahbah Zuhaili dan Al-Maraghi tentang asal penciptaan perempuan pertama?
4. Apa hikmah adanya ayat-ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama dalam Al-Qur'an?

D. Penegasan Judul
Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengambil judul "Asal Penciptaan Perempuan Pertama dalam Al-Qur'an
Guna mendapatkan persamaan persepsi dalam memahaminya dan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam memahami judul skripsi tersebut, perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu mengenai penciptaan yang dalam bahasa arab disebut khalq. Penciptaan berasal dari kata cipta, artinya membuat sesuatu yang baru yang belum pernah ada. Sedangkan pencipta adalah orang atau sesuatu yang mencipta atau yang membuat. Maka penciptaan berarti proses membuat sesuatu yang baru yang belum pernah ada.
Dalam kaitannya dalam penelitian ini adalah mengenai pemahaman tentang penafsiran dari asal mula dari penciptaan perempuan pertama, yang dikenal dengan sebutan Hawa, dalam arti penciptaan mula-mula (production) bukan penciptaan lanjutan (reproduction), Yang dalam penelitian ini akan membandingkan pendapat dari dua mufassir yang berbeda penafsiran tentang tema tersebut yang kemudian dicari persamaan dan perbedaan penafsirannya, dan juga mencari hikmah adanya firman Allah tentang asal penciptaan perempuan pertama dalam Al-Qur'an.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penafsiran dalam tafsir Al-Munir tentang asal penciptaan perempuan pertama
2. Mengetahui penafsiran Al-Maraghi tentang asal penciptaan perempuan pertama
3. Mengetahui bagaimana perbandingan antara penafsiran Wahbah Zuhaili dan Al-Maraghi tentang asal penciptaan perempuan pertama
4. Mengetahui hikmah adanya ayat-ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama dalam Al-Qur'an.


F. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis penelitian ini akan memperkaya terhadap kajian tafsir Al-Qur'an
2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat pemahaman yang benar tentang asal penciptaan perempuan pertama dalam Al-Qur'an, sehingga nantinya akan bisa menjawab tuduhan sebagian orang yang menjadikan Al-Qur'an sebagai dasar adanya persepsi bahwa laki-laki superior dan perempuan inferior
3. Penelitian ini diharapkan memberikan manfa'at bagi pengembangan penelitian yang sejenis.

G. Kajian Pustaka
Sudah cukup banyak para ahli yang memberikan komentarnya, baik dalam bentuk skripsi maupun media cetak (buku) mengenai asal penciptaan perempuan pertama, yang mempelajarinya dari berbagai disiplin keilmuan, kemudian ditarik batasan yang sesuai dengan spesialisasinya. Kita sebut saja di lingkungan IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ana Jauharo (2005), mahasiswa fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadits, menulis penafsiran awal penciptaan perempuan pertama dengan memfokuskan penafsirannya pada satu kitab yaitu tafsir Al-Manar karya Rasyid Ridla dan Muhammad Abduh yang berbicara dalam satu pendapat saja.
Dalam skripsi ini mengambil tema yang sama yakni tentang asal penciptaan perempuan pertama, akan tetapi dalam skripsi ini membandingkan dari dua mufassir yang berbeda pendapat. Dalam hal ini mengambil dari karya Wahbah Zuhaili dengan Al-Maraghi, yang selanjutnya dianalisis untuk dicari persamaan dan perbedaannya dalam menafsirkan ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama, yang kemudian mencari hikmah adanya firman Allah SWT tentang asal penciptaan perempuan pertama tersebut dalam Al-Qur'an.

H. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif (muqarrin), yakni suatu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat Al-Qur'an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat itu, baik mereka termasuk ulama salaf atau ulama Hadits yang metode dan kecenderungan mereka berbeda-beda, baik penafsiran mereka berdasarkan riwayat yang bersumber dari Rasulullah SAW., para sahabat atau tabi'in (tafsir bi al-Ma'tsur) atau berdasarkan rasio (ijtihad, tafsir bi al-Ra'yi), dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan-kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan Al-Qur'an. Untuk itu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan (Library Research) dengan cara memeriksa kembali semua data yang telah di peroleh, atau mengkaji sumber data dari materi atau literatur yang relevan dengan judul penelitian yang terdapat dalam sumber-sumber pustaka. Selanjutnya disusun secara sistematis dalam kerangka paparan yang telah direncanakan dan dianalisa sehingga di peroleh suatu kesimpulan.
2. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini besumber dari dokumen perpustakaan, terdiri atas dua jenis sumber, yakni primer dan sekunder. Sumber primer adalah rujukan utama yang akan dipakai yakni tafsir Al-Munir karya Wahbah Zuhaili dan tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi.
Sedangkan sumber sekunder sebagai pelengkap antara lain: Metodologi Ilmu Tafsir, Tafsir Al-Misbah, Tafsir Fi Dzilal Qur'an, Tafsir Al-Razi, Tafsir Ibnu Katsir, Islam mengangkat Martabat Wanita, Perempuan di Lembaran Suci, Feminisme, Pembebasan Perempuan, Argumen Kesetaraan Gender dan lain-lain yang berhubungan dengan bahasan di atas.
3. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh, maka yang akan penulis pakai yaitu metode sebagai berikut:
a. Metode deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan dan fenomena. Dalam penelitian ini memberikan gambaran secara jelas tentang pendapat yang tercantum dalam tafsir Al-Munir maupun tafsir Al-Maraghi mengenai ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama
b. Metode komparatif, yaitu membandingkan persamaan dan perbedaan pandangan serta perubahan-perubahan pandangan orang, group atau Negara terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide. Atau mengemukakan penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis oleh sejumlah mufassir. Dalam penelitian ini membandingkan antar substansi pembahasan yang ada dalam tafsir Al-Munir dengan tafir Al-Maraghi tentang ayat-ayat mengenai asal penciptaan perempuan pertama
c. Metode Analisis, yaitu dengan cara menganalisa substansi permasalahan yang merupakan pokok bahasan maupun sub pokok bahasan dalam penulisan ini.


I. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak keluar dari jalur yang ditentukan dan agar lebih berarti susunannya, maka skripsi ini dibagi dalam V bab, dan pada tiap bab dibagi dalam sub bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama yang berisi pendahuluan yang di dalamnya meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, penegasan judul, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi tentang tafsir, metode tafsir muqarrin, dan istilah-istilah (term-term) yang berhubungan dengan penciptaan perempuan pertama.
Bab ketiga berisi pembahasan yang di dalamnya berisi tentang biografi mufassir, penafsiran ayat-ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama menurut Wahbah Zuhaili dan Al-Maraghi, dan hikmah adanya ayat-ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama dalam Al-Qur'an.
Bab keempat berisi analisis yang meliputi penafsiran Wahbah Zuhaili dan Al-Maraghi tentang asal penciptaan perempuan pertama, perbandingan penafsiran Wahbah Zuhaili dan Al-Maraghi tentang asal penciptaan perempuan pertama, dan hikmah adanya ayat-ayat tentang asal penciptaan perempuan pertama dalam Al-Qur'an.
Bab kelima penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.






0 Response to "(Perbandingan Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Maraghi)"."

Posting Komentar